www.smkn1-sby.sch.id. Surabaya - Pelatihan Pembelajaran Mendalam (Deep learning) hadir bukan sebagai kurikulum baru terang Kepala SMK Negeri 1 Surabaya Dr. Drs. Anton Sujarwo, M.Pd., saat membuka pelaksanaan webinar.
“Kehadirannya tidak mengganti apa yang sudah ada, namun mengajak kita untuk kembali ke makna sejati belajar, menghargai siswa, membangun suasana yang menggembirakan, serta menghadirkan pembelajaran yang sungguh-sungguh bermakna,”paparnya.

Sementara itu Eskawati Musyarofah B.,S.Si., Puskurjar Kemendikdasmen yang didaulat sebagai narasumber (Selasa, 8-07-2025) memaparkan, penerapan PM pada setiap jenjang pendidikan perlu didukung oleh ekosistem pembelajaran yang kondusif, kemitraan pembelajaran yang luas dan bermakna, dan pemanfaatan teknologi digital yang efektif agar terwujud belajar penuh kesadaran dan perhatian, bermakna dan relevan, serta belajar dengan gembira, antusias dan semangat.
“Pendekatan PM hadir sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang selama ini telah diterapkan dan bukan merupakan kurikulum baru,”ujar Eskawati Musyarofah B.,S.Si., saat memberikan pelatihan

“PM merupakan pendekatan yang berakar dari berbagai model pembelajaran sebelumnya seperti CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), PAIKEM, serta Contextual Teaching and Learning (CTL). Namun demikian, PM telah disesuaikan dengan tuntutan dan tantangan pembelajaran di era kini,”tambahnya.
Lebih lanjut Eskawati Musyarofah B.,S.Si., melalui PM, Bapak/Ibu akan diajak untuk melihat pentingnya proses pembelajaran yang memuliakan, berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.

“Pendekatan ini menekankan pengintegrasian antara olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga secara menyeluruh dan holistic,”terangnya.
Lebih jauh Eskawati mengatakan, dalam Pembelajaran Mendalam, yang lebih penting adalah mengubah pola pikir. Dengan pola pikir yang benar, administrasi menjadi alat hidup. Guru menyusun rencana pembelajaran dengan hati dan kesadaran untuk memuliakan siswa.
“Tanpa pola pikir yang benar, administrasi hanya formalitas. Guru mungkin sibuk membuat RPP, tetapi proses belajar tetap kaku dan berjarak dari siswa,”pungkasnya. (badar)