www.smkn1-sby.sch.id. Surabaya- SMK Negeri 1 Surabaya gelar Camp Literasi Bahasa Indonesia Sabtu (12-10-2024) dengan tema “Sesuatu Yang Ingin Kutulis di Dinding Kelas.” Kegiatan yang digelar selama sehari ini mengajarkan kepada siswa-siswi untuk dapat menulis sebuah karya fiksi dan dibuka Wakil Ketua SMK Negeri Bidang Hubungan Masyarakat, Sri Retna Pratiwi, S.ST., M.Pd. mewakili Kepala Sekolah yang berhalangan hadir.
Sementara itu menurut Totok Satriyonunggal Wahyucokro, S. Pd. Ketua MGMP Bahasa Indonensia SMK Negeri 1 Surabaya mengatakan, dalam karya fiksi memaparkan suatu peristiwa atau tokoh ditulis sedemikian rupa sehingga membuat pembaca menganggapnya seperti benar-benar ada dan telah pernah ada. Walaupun peristiwa atau tokoh tersebut hanya sebuah fiksi/ karangan semata.
“Bila dilihat dari proses penulisannya, fiksi terdiri dari dua faktor utama yaitu sumber penciptaan dan proses,” jelas Totok saat ditemui di sela-sela workshop.
Seperti yang disampaikan sebelumnya, literasi sering dipahami sebagai kemampuan dalam membaca dan menulis. Kemampuan membaca ini diartikan sebagai proses menerjemahkan lambang-lambang bahasa sehingga bisa diproses menjadi suatu pengertian.
Sedangkan, menulis merupakan kemampuan mengungkapkan pemikiran dengan membuat lambang-lambang bahasa hingga membentuk suatu pengertian.
Lebih jauh ia memaparkan bila Sastra adalah ungkapan ekspresi manusia berupa karya tulisan atau lisan berdasarkan apa yang dilihat, dirasakan, dipikirkan, pendapat, pengalaman, hingga ke perasaan dalam bentuk yang imajinatif, cerminan kenyataan atau data asli yang dibalut dalam kemasan estetis melalui media bahasa.
“Bisa dikata Sastra itu adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat Bahasa” tambahnya.
“Sastra itu sendiri terdiri dari teori, kritik, dan apresiasi. Sementara bentuk sastra yaitu puisi, cerpen dan drama. Sedangkan penulisan fiksi masuk dalam katagori bentuk cerpen. Apresiasi merupakan bentuk penilaian tertinggi dalam karya sastra,” imbuhnya.
Diakhir pembicaraan ayah dari tiga srikandi ini memaparkan sepenggal puisi buah karya anak didiknya berjudul, Aku Ingin Bertemu, karya Rafi Ahmad Saifuidin.
“Aku ingin bertemu dengan mu, Dengan kata yang tak sempat ku lantunkan. Bak Air kepada es yang membuatnya menjadi cair. Aku ingin bertemu dengan mu, Dengan isyarat yang tak sempat ku sampaikan Bak Api kepada Air yang membuatnya menjadi Padam”.(badar)